Ya ampun saya sulit mendeskripsikan apa yang akan saya tulis, oh maaf ini saja belum memulai tahap penuisan hanya sebatas angan dan pikiran ntah liar kemana.
Feeling apa ini??!! Sepertinya tak mampu saya jelaskan dengan kata-kata seolah tak pasti.
Saya pikir semua berjalan begitu saja, lancar tanpa hambatan dihari itu layaknya angin yang membuat dedaunan berjatuhan tanpa ada sedikitpun rasa ragu.
Tapi ternyata semua membekas menimbulkan ruang sesak didada. Tiba-tiba semua kenangan selama 11bulan terakhir ini membuat nafas tertahan, tak dapat bersiklus secara normal.
Sesak memang, tapi air mata tak keluar sedikitpun ketika saya berhadapan langsung denganmu, Alhamdulillah!!!
Ternyata perasaan yang murni ini tak sanggup menerima kepergianmu, ingatan saya tentang awal perkenalan samapai detik ini secara tidak sadar mereview semua kenangan yang pernah kita jalani bersama. Ntah dari masalah kecil sampai perhatian-perhatian yang kita selipkan bersama begitu saya rindukan. Seolah lutut ini ingin bertekuk lemah dan menyerah dengan mendengar kepergianmu. Saya biarkan ini mengalir tanpa jeda meskipun ada yang bertentangan dengan akal sehat saya.
Seharusnya saya langsung berlalu, tanpa melewati perpisahan dengan seorang yang sangat saya percaya meskipun dalam satu kota namun saya paham dengan segala keterbatasan kami yang bisa dihitung jari bila bertemu. Ini justru membuat semuanya bertambah berat, hati gelisah antara kesedihan dan penyesalan ketika diberi waktu untuk masih bisa bertatap muka belum saya pergunakan secara baik. Tak pernah saya mendapati perasaan yang seperti ini sebelumnya.
Bila dulu hanya terdengar deringan telepon saja hati ini sudah bukan kepalang bahagianya, urusan bertemu atau tidaknya bukan jadi masalah, hanya saling menjaga kepercayaan satu sama lain dan belum membayangkan betapa sulitnya membangun kepercayaan dari jauh ketika kami terpisah jarak, status bukan masalah bagi saya, lantas yang menyesakkan ketika dia pergi untuk pendidikan disana? Semoga perasaan yang saya rasakan sama halnya seperti dirimu, ada kebimbangan tersendiri ketika kita terpisah jarak, ada sisi lain yang mungkin akan hilang seiring dengan berjalannya waktu kedepan. Tapi hati ini masih seutuhnya milikmu selama kita masih percaya satu sama lain.
Saya sadar bahwa kamu tidak akan kembali lagi kesini, setidaknya dalam beberapa tahun kedepan bahkan bertahun-tahun lamanya. Saya juga sadar kapan lagi kita bisa meraut cerita yang sama seperti kita berkenalan kemarin. Meski sekota, meski jarang bertemu namun banyak hal yang bisa saya petik dari cerita kita kemarin, banyak hal yang mesti saya pelajari, terutama tentang mengerti dan memahami orang lain. Semua itu terasa tragis saat saya belum bisa berjanji dan memberi jaminan padamu untuk saya bertemu kamu dan kembali merajut cerita bersama lagi dan menebus semua kesalahan yang saya torehkan selama berkenalan denganmu.
Kamu banyak mengajarkan saya secara tidak langsung, dari hal-hal kecil yang selalu kamu ingatkan pada saya padahal mulanya saya anggap itu hal sepele ternyata itu yang sekarang menjadi tamparan buat saya ketika melihatmu untuk yang terakhir kalinya.
Dan itulah yang menjadi sesak dihati, kontradiksi antara sedih atau menyesal dan bahagia melihat kamu pulang daerah asalmu dan kembali berkumpul dengan keluargamu yang sangat amat kamu rindukan dibagian timur sana.
Saya hanya benci perpisahan dan ketidakpastian bahwa saya tak bisa memberikan yang terbaik buatmu yang telah banyak menghiasi kehidupan saya semenjak kamu hadir.
Saya tidak anti dengan perubahan, saya hanya belum bisa terima dan benci ketika harus kembali berdaptasi dan memulai semua dari nol.
Sudahlah, saya berjanji pada diri saya sendiri karena saya perlu banyak berbenah dan banyak sekali belajar dari pengalaman yang kemarin kita ukir bersama tanpa ada rasa bimbang atau apapun ketika hilang dalam sekejap dihadapan saya sendiri, melihat dan mengantarkanmu sampai ke tempat dimana kamu datang kemari ketika 2,5 tahun lalu saja sudah lebih dari cukup buat saya.
Saya harus menghentikan tulisan ini sebelum sesak ini menjadi-jadi dihati.
Terima kasih banyak kak, kamu yang pernah menjadi bagian dari hidup saya, banyak merubah pola pikir saya, banyak mengajarkan hal-hal yang saya anggap mulanya sepele padahal itu yang menjadikan saya secara tidak langsung menjadi hal buruk yang ada didiri saya yang harus saya tinggalkan, banyak yang saya sampaikan padamu namun tak bisa saya tulis sekalipun dengan kata-kata, saya selalu ingat pesanmu, saya akan selalu ingat dengan slogan-slogan kecilmu yang membuat bibir ini tersenyum kecil ketika mendengar suaramu meski hanya diujung telepon.
"Hey kak, saya tidak akan melupakanmu yang saya khawatirkan justru kamu yang melupakan saya".
Memang perkenalan kita begitu singkat bagi saya, 11bulan tidak terasa dengan mengenal pribadi yang baik dan jujur sepertimu.
Saya percaya hidup ini keajaiban, masing-masing dari kita tidak pernah tau dipertemukan kembali atau tidak dengan seorang yang pernah menjadi bagian dalam hidup ini. Sekarang, kita harus hadapi ini bersama meski hanya langit yang menjadi atap kita dan tak lupa segala yang terbaik untukmu selalu hati ini tak pernah lelah meminta pada yang kuasa dan untuk dipertemukan kembali dalam keadaan kita yang telah mencapai cita-cita yang kita inginkan dimasa depan.
Bila saya harus menyelesaikan tulisan ini, tak banyak yang bisa saya ungkapkan karena terlalu banyak warna yang telah kamu sisipkan dikehidupan saya. Saya tidak pernah menyesal bertemu denganmu, selain sudah seperti kakak sendiri kamu juga banyak mengajarkan menjadi teman bahkan hati ini menganggapnya lebih, saya percaya setiap orang yang pernah berkenalan denganmu pasti akan merasa nyaman bila ada disekitarmu.
Semua kenanganmu, kenangan kita cukup hati ini yang menyimpannya, namamu takkan hilang dan telah terpatri didalam ingatan dan hidup saya.
Tapi maafkan ketidakmampuan hati ini untuk belum bisa mengerti akan kegiatanmu, kesibukanmu, renaca-renacamu yang telah kamu susun sedemikian rupa bahkan perasaanmu sendiri.
Semua yang terjadi padamu, pada kita, semua itu takkan mengurangi perasaan ini padamu meski kita terhalang jarak. Saya sungguh berhutang banyak padamu karena belum sempat memberikan yang terbaik sebelum kamu pergi.
Saya tidak akan sombong bahkan berubah seperti apa jika kelak kita dipertemukan lagi dengan keadaan yang sudah pasti berbeda, sungguh hati itu murni tidak berkurang rasa sayang ini sama seperti pertama kita berkenalan, saya berharap dengan keadaan kita yang seperti ini kamu tidak lantas menjadi musuh bahkan lostcontact bagi saya.
Bila dengan bencimu kamu bisa mengingat saya, saya pun harus siap dibenci karena dilupakan dengan seorang yang telah tertanam dihati sungguh sangat melukai diri ini namun hanya diam merasakan retaknya yang tak kunjung usai.
Ingat kata-katamu yang ini? "Setiap hari kita harus onfire dek" dan "Jadikan sholat sebagai kebutuhan bukan sebagai kewajiban" dan masih banyak lagi, ini yang membuat saya sangat teramat perih ditinggal olehmu.
Kejar cita-citamu kak, bahagiakan dan buatlah bangga kedua orang tuamu disana, banyak yang masih membutuhkanmu diluar sana, merantaulah semampu langkahmu karena ilmu tak pernah habis, lengan Allah yang selalu menjadi penghantar jika hati ini begitu merindukan sosokmu di Bumi Khatulistiwa ini. Saya percaya jalan cerita ini yang telah tercatat dilauhul mahfudz dan kalaulah kita digariskan untuk bersama nantinya saya yakin kita pasti bertemu lagi dan akan indah pada waktunya.
Pecaya sama adek kak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar