Saya dibesarkan dr kedua orang tua sederhana bkn dr banyaknya harta.
Saya dibesarkan dgn cukup kasih sayang dan perhatian hingga saat ini.
Salah satu rasa syukur tak terkira adalah saya dibesarkan didalam keluarga yg bisa menerima pendapat, mengeluarkan uneg2, mengungkapkan rasa cinta, serta org tua saya bisa menempatkan dirinya sbg betul2 org tua, sbg teman bahkan sebagai sahabat utk saya dan saudara kandung saya.
Dan saya dikenalkan sedari kecil apa itu agama, hingga saya tumbuh dan dibesarkan tidak memandang status sosial kpd org lain krn kedua org tua saya bukan org tua yg silau akan materi.
Hingga suatu hari saya bertemu seorang ibu yg awalnya saya tetap berpikir sama seperti ibu saya dirumah.
Semakin mengenal semakin saya paham ternyata 360° berbeda sekali dr org tua pada umumnya.
Beliau benar berpendidikan, memiliki karir yg baik sblm pensiun, bahkan mungkin barang yg tidak ada drmh saya itu ada didalam rmh beliau krn semua tercukupi, dan ketika berbincang terlihat paham sekali dgn agama.
Namun dibalik itu semua, nama saya pernah dijajakan dihadapan org ramai dan beliau menyampaikan hal yg tidak sesuai dgn kenyataan yg ada dan semakin kesini keluarga saya yg dijadikan topik pembicaraannya.
Perihal penghasilan saya, penghasilan org tua saya, jabatan org tua saya, type rumah yg saat ini saya tinggali, bahkan sampai pesangon org tua saya harus menjadi topik pembicaraan beliau yang sampai hr ini saya tidak paham letak kepentingan utk diri beliau dr semua pertanyaan itu.
Hingga beliau terucap bahwa saya bekerja dikantor yg belum pasti hingga rmh yg saya tinggali itu kecil sempit sesak dan beliau tidak tahan dgn tinggal dirumah seperti itu.
Semua yang keluar dr mulutnya adlh hal materi.
Sejak saat itu saya menepis hal-hal baik yg saya tujukan kpd beliau.
Harga diri saya dan keluarga, di hina.
Dengan melibatkan saya dan klrg saya, beliau seperti tidak percaya adanya Tuhan, beliau seperti tidak percaya bahwa yg bernyawa dibumi sudah dijanjikan rezekinya masing-masing oleh Tuhan, beliau seperti mahir membaca masa depan seperti apa pdhl kita semua tidak ada yg tau kejadian apa yg akan terjadi di hari esok lusa.
Saya paham, saya bkn dr keluarga yg bergelimang materi. Orang tua saya juga bukan pejabat tinggi, hanya pegawai swasta biasa dan ibu rumah tangga.
Saya pun paham, rumah saya dan isinya tidak ada apa-apanya.
Namun yg perlu ibu tau, kami bahagia dgn apa yg kami punya.
Rumah kecil yg katanya sempit sesak itu, tempat saya bertumbuh dan dibesarkan.
Rumah kecil yg ibu hina itu, dalamnya penuh kehangatan dan kasih sayang hingga hari ini.
Orang yg ada didalam rumah kecil yg ibu hina itu, tidak pernah menghina keluarga ibu krn kami paham dunia ini bersifat sementara.
Rumah kecil yg ibu hina itu, tidak memikirkan cicilan hutang demi gengsi.
Dan rumah kecil yg ibu hina itu, pernah menerima baik anak ibu dgn apa yg kami punya.
Saya pernah bertemu dgn berbagai sifat orang, hanya baru kali ini saya bertemu dgn sosok yg luar biasa maha segalanya.
Terimakasih sudah memperlakukan saya dan klrg saya dgn cara seperti itu ya bu, hingga kami tau kualitas dr klrg ibu seperti apa.
Semoga tidak ada keluarga lain yg ibu hina dan ibu anggap remeh.
Dari kami, yang berumah kecil.