Rabu, 27 Mei 2020

Tuhan yang tau aku mencintaimu dengan sungguh, mas.

Buatmu yang sampai hari ini selalu jadi bahan pembicaraanku dengan Tuhan.
Maafkan aku yang belum bisa menahan semua sendiri, aku butuh yang namanya tempat bicara, aku butuh yang namanya pendengar, dan aku butuh yang namanya kamu.
Maafkan aku dengan sangat terpaksa menulis disini sebab tak ada pilihan lain untuk menuangkan segala isi kepalaku selain disini.

Padahal aku sudah berjanji pada diriku sendiri tak akan menulis lagi, aku sudah bahagia denganmu, aku sangat beruntung bertemu dengan seseorang yang lebih dari keinginan dan kebutuhanku. Tuhan selalu punya rencana baik setelah Dia mematahkan hatiku kemarin.

24Agustus2019, segala isi pikiran dan hati sudah kusampaikan malam itu. Aku mengambil resiko besar dengan mempersilahkan kamu datang dan masuk di kehidupanku. Tak ada yang salah memang, karena Tuhan yang punya andil disana.
Sejak hari itu, perlahan aku semakin baik, semoga kamu juga begitu. Tak ada kata tak pantas untuk kita berdua dipertemukan.

Bulan berganti hingga hari ini, selisih paham, beda pendapat tak jarang terjadi.
Mas, aku paham hatimu baik, tak ingin sedikit pun menggores luka untukku, aku paham kita ini sedang berada ditahapan proses.
Hanya aku tak paham yang ada dipikiranmu sekarang, berucap ingin pergi dengan alasan tak ingin menyakiti lebih jauh.
Sejauh ini apa kamu tak bisa melihat aku sudah bahagia denganmu? Bukan dengan materi kamu memberikan bahagia itu, tapi dengan hal kecil saja sudah cukup untuk membuatku tenang berada didekatmu. Karena susah menemukan seseorang yang membuat diri ini tenang, dan kamu berhasil dengan hal itu.
Kamu bilang belum bisa memberikan kebahagiaan, omong kosong. Dengan apa adanya kamu, dengan kesederhanaannya kamu justru yang membuat aku tak bisa jauh.
Sejauh ini apa kamu tidak bisa merasa aku yang bangga punya pasangan sepertimu? Banyak orang lain yang ingin berada diposisiku tapi mereka tak bisa krn tak diberi izin darimu untuk masuk dikehidupanmu.
Sejauh ini apa kamu tak bisa melihat kedua orang tuaku perlahan bisa luluh dengan sikap santunmu?
Maaf jika semua itu belum bisa ku balas satu persatu semua kebaikanmu, karena dipertemukan denganmu adalah hal yang tak pernah ku duga sebelumnya. Maaf pula namamu selalu ku bawa dalam setiap sujudku, hanya memintamu agar selalu bahagia lahir batinnya, dan lain sebagainya.

Aku sangat paham kita berdua ini punya kelebihan dan kekurangan. Apa iya dengan kekurangan yang kita miliki menjadikan keputusanmu itu sebagai jalan keluar satu-satunya?
Kita ini team, satunya lemah satunya menguatkan. Satunya punya kekurangan, satunya menutupi kekurangan itu.

Mas, kalau kamu baca ini mungkin terlihat berlebihan tapi ini yang sebenar-benarnya isi perasaan dan pikiranku.
Aku yang mengizinkanmu masuk karena aku mau kita hingga menua bersama dengan segala halang rintangnya, aku mau terus menjadi pasanganmu dalam kondisi apapun. Tolong jangan halangi ini, aku sudah berjanji dengan diriku akan selalu membuat kita bahagia apapun caranya.

Dengan sikapmu yang seperti sekarang ini, menjauh, diam, justru membuatku hancur perlahan, seperti tak diberi kesempatan untukku perihal hubungan ini, seperti tak ada nyawa untuk bisa kembali menjalani semuanya seperti awal kita memutuskan untuk berjalan bersama.

Aku butuh kamu untuk berjalan lebih jauh di bumi ini, aku butuh kamu untuk menuntunku, aku butuh kamu bukan sekedar teman cerita tapi aku butuh kamu sampai ke Jannah nanti. Tuhan yang tau aku mencintaimu dengan sungguh, mas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar