Hampir setiap malam saya melihat layar handphone yang tak pernah jauh dari genggaman, orang yang ditunggu selalu tidak menyadarinya, apakah saya salah menitipkan sebongkah hati kepadamu? Saya paham akan kesibukanmu diasrama sana, saya juga sangat paham kita dibatasi dengan jarak yang jauh, tapi tidakkah kamu berpikir ada diposisi saya?
Delapan bulan yang lalu, saya hanya mendengarkan paparan argumenmu untuk melepas semua yang ada, "kita" tidak lagi satu, hanya kamu sendiri yang menginginkan itu terjadi, sedangkan saya? Saya hanya diam membisu sambil menahan derai air mata yang jatuh diujung telepon, saya mencoba imbangi apa yang kamu mau, semua yang saya lakukan demi kamu sampai-sampai perasaan saya sendiri tidak saya hiraukan, betapa rapuhnya hati ini ketika orang yang saya sayang mengakhiri semuanya, ntah apa yang ada dipikiranmu saat itu, saya berusaha membunuh ego yang ada didiri ini.
Kemana hati kecilmu? Kepercayaan yang saya beri padamu hancur seketika, apa kamu pikir hati ini bisa kamu setting semaumu sehingga bisa kamu gunakan ketika kamu butuh? Perasaan saya sama seperti perempuan yang lain, yang dengan mudahnya rapuh ketika dikecewakan, tapi jika ini maumu, jika ini yang membuatmu bangga, lakukanlah semaumu sampai kamu mencapai titik puas, sehingga tidak ada lagi Annisa Annisa lain yang merasakan ini, cukup saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar