Buatmu 6 Mei 1992
Kita pernah sepakat untuk tak satukan rasa, untuk membiarkan semuanya termakan waktu, yang terlupakan oleh jarak yang terbentang. Kita bertahan, terus bertahan, namun semua diluar dugaan, sesuatu yang telah kita tolak mulai menampakan diri hari demi hari.
Mungkin saja kamu hari ini berbeda dengan kamu yang setahun yang lalu, aku sengaja tidak mengungkapkan ini dihadapanmu karena aku tak pandai dalam berucap namun sebenarnya hati ini ingin sekali bertemu denganmu. Kamu telah tumbuh menjadi seorang pria dewasa yang memilih luar kota untuk meraih dan menimba ilmu. Sungguh kita sepertinya semakin jauh. Untuk bertatap muka saja waktu tak memperkenankan kita apalagi untuk saling meningat? Kita telah lupa terlebih yang pernah terjadi dulu waktu kamu masih disini.
Waktu bergerak begitu cepat ya kak, pertemuan dan perpisahan berganti-ganti seperti baju yang melekat ditubuh kita. Dulu kamu masih sempat tersenyum lepas dihadapanku dengan seragam psiarmu yang mungkin sekarang sudah berubah ntah senyuman manis itu kamu berikan untuk siapa disana. Dulu aku hanya perempuan lugu yang baru menamatkan bangku SMA yang masih belum paham apa itu kehilangan, kecewa dan sebagainya tapi kamu mengajarkan semuanya tentang hal itu kepadaku. Kita berproses dalam waktu, bertambah dewasa dalam takdir yang kita tekuni, semua telah berbeda dan tak lagi sama, meski kamu tak pernah tau bahwa hati ini masih berpihak padamu, sering kali orang-orang didekatku berusaha menggantikan posisimu namun hati ini masih saja tak mau terbuka, ntah hati ini paham kemana ia akan pulang ketempat zona nyamannya (hatimu).
Apakah kamu masih orang yang sama, pria dengan sikap yang sederhana yang mampu melayangkan setiap bayang-bayang menjadi kebahagiaan yang mengalir pelan? Apakah kamu masih menjadi laki-laki dengan senyum manis yang sering kali kucari keindahannya dengan diam-diam menatapmu? Ceritakan padaku apa yang kamu alami selama setahun kemarin sejak kamu meninggalkan kota kecilku ini? Kebahagiaan yang berlipat-lipatkah? Aku yakin kamu selalu bahagia, karena kebahagiaanmu masih sering kurapal dalam doa setiap sejudku.
Kita sudah lama tak saling bertatap mata, tapi aku tak pernah lupa sinar matamu ketika menatapku dengan lugu. Aku tak bisa senyummu yang sering kali membuatku bertanya-tanya, tak pernah ada diksi yang pas untuk mengungkapkan perasaanku dulu. Mungkin kamu masih ingat, aku dulu masih sangat kecil untuk berbicara tentang cinta. Karena hatiku belum siap memahami yang terjadi saat itu, kita banyak menjalani perasaan yang terkesan maya tapi begitu nyata. Setiap pertemuan adalah goresan baru, aku berharap tak akan ada penghapus yang mampu menghilangkan hari-hari yang menyenangkan yang pernah kita lalui.
Kamu mengajarkan banyak rasa, canggung, malu-malu, berbohong pada perasaan sendiri, bingung, memendam dan enggan banyak komentar. Sosokmulah yang memacu seringnya jari ini mengetik satu demi satu kata dalam catatan harianku disini hingga tercipta tulisan aneh, absurd, tak jelas, dan mungkin kamu sendiri membacanya menganggap ini berlebihan, namun ini tidak bagiku, karena banyak derai air mata yang menjadi saksi bisu ketika jari-jariku ini mengetik satu demi satu kata yang sering kali tertuju padamu. Pemilihan kata yang masih begitu berantakan, mungkin jika saat itu kutunjukkan padamu kamu pasti tertawa lepas tentang apa yang barusan kutulis. Betapa manisnya kita dulu, meski tak lama waktu yang kita lalui berdua tapi sampai saat ini saat-saat itulah yang masih membekas sampai detik ini. Semua seperti mimpi dan sulit sekali diputar ulang.
Diumurmu yang semakin bertambah, duapuluhdua tahun rupanya, aku hanya ingin mendoakan cita-cita dan harapanmu dulu yang sempat kamu ceritakan. Kamu bilang setelah purna dan kerja kelak kamu mau mencoba menjadi pengusaha,dan kerja dikota besar. Rindukah kamu dengan percakapan-percakapan yang mengundang tawa waktu dulu itu?
Dulu aku tak pernah terpikir untuk memperjuangkanmu, aku hanya tau kalau perasaanmu begitu unik dan menyenangkan yang tidak pernah kutemui seblumnya didiri orang lain disekitarku. Kamulah yang pertama kali membuat hati ini tegoncang. Aku masih ingat betul jalan-jalan mana saja yang pernah kita lewati berdua dikota kecilku ini, tempat-tempat mana saja yang pernah kita singgahi, hingga jaket yang pernah kamu kenakan waktu itu masih sering aku pakai dalam kondisi apapun. Mencari-cari tempat yang agak jauh dari keramaian agar tak berpapasan dengan pengasuhmu dikampus, melewati jalan yang jarang sekali kita lewati. Nampaknya tempat-tempat yang kita kunjungi bersama waktu itu kini sudah banyak berubah. Begitu juga aku dan kamu yang sudah banyak berubah. Dibalik ingatan yang ada, menyakitkan memang jika aku masih selalu mengingat banyak hal yang tak sepenuhnya kamu ingat.
Kita sudah lama tak bertemu, bagaimanakah wajahmu sekarang?Masihkah tatapanmu lembut seperti dulu? Apakah suaramu masih hangat dan tertawamu masih begitu menyejukkan? Berahagialah diumurmu yang baru, semoga kebahagiaan dan sepaket cita-citamu selalu terwaujud dengan kuatnya usahamu.
Pontianak, 06052014
Ketika kita tak sempat bertemu
aku harap kamu sehat dan baik-baik saja disana
pulanglah sebentar
aku merindukanmu
juga kita yang dulu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar