Aku terbangun seperti biasanya, hanya saja ini bukan hari kuliah, namun bangun ditengah malam seperti ini sudah sering terjadi pada diriku sendiri sejak dibangku kuliah. Mataku berkunang-kunang, aku menarik selimut dan membiarkan wajahku tenggelam disana.
Sudah hampir tanggal 20, seberapa pentingkah tanggal dua puluh? .... hmmm ya memang tidak penting bagi yang tidak mengalami hal ini. sungguh aku ingin tersadar dari bayang-bayang yang selalu ku kejar. Sekali lagi aku masih sendiri disini, bermain dengan masa dimana kamu masih disini, dikota ini.
Ada apa memangnya dengan tanggal 20? Iya dua puluh July duaributigabelas, hampir 31 minggu sudah kamu tinggalkan kota kecil ini, kejadian itu memberiku pelajaran, sampai aku tahu rasanya perpisahan, aku tahu rasanya melepaskan diri dari segala hal yang sebenarnya tak ingin kutinggalkan, aku tahu rasanya ditinggalkan, aku tahu rasanya menahan rindu yang belakangan ini sering memuncak namun tak tahu harus bagaimana aku jelaskan padamu dikota Tidore sana, sampai akhirnya aku tahu bagaimana masa lalu setidaknya sebagai sebab, kamu yang dulu kumiliki sekarang tak bisa lagi kugenggam dalam jemari.
Kita berpisah, iya berpisah demi pendidikan, dan asal kita pun berbeda, kamu nun jauh di bagian Indonesia Timur dan aku bagian Indonesia Barat, sungguh diluar dugaan, namun hati selalu mencari zona nyamannya, mau sejauh apa kamu pergi, tetap hati ini tak pernah lelah untuk terus merapel namamu dihadapan-Nya disetiap sujudku. Maka jangan salahkan, setiap kali aku melangkahkan kaki dibandara semua ingatanku tergambar pada tanggal 20 July siang itu, seragam dinas, ransel dan tas lainnya, hingga ucapan terakhir darimu, semua tergambar jelas, tanpa cela, tanpa cacat, sempurna.
Ternyata hari begitu cepat, setengah tahun sudah kamu meninggalkan kota kecilku ini, dan sudah tak terhitung lagi berapa frasa kata yang terucap untukmu didalam doa. Salahku, yang terlalu menganggapmu serius akan semua sikapmu. Salahku, yang terlalu perasa. Salahku, yang selalu menganggap lebih padahal mungkin hatimu tak merasakan apapun. Salahku, yang mempersilahkanmu masuk tanpa permisi disini (hati) namu kamu kembalikan dalam keadaan patah waktu itu. Tapi sudahlah, mungkin memang ini keinginanmu, memang ini tujuanmu datang padaku lalu kamu tinggal pergi tanpa tahu lukanya sedalam apa, tanpa perduli sakitnya seperti apa. Sudahlah, akan kuperbaiki ini sendiri, sebisaku, semampuku, ntah akan memakan waktu berapa lama.
Setelah perpisahan itu, hari-hari yang kulalui masih sama, aku masih mengerjakan rutinitasku, tapi kali ini semua berbeda, tak ada lagi kamu yang dulu, tak ada lagi kita yang dulu. Memang sudah sewajarnya semua hal aku kerjakan sendiri, namun kadang hati ini menjerit ketika yang kulintasi adalah jalan yang pernah kita lewati berdua. Yah.. namanya kenangan pasti punyanya masa lalu, tapi tetap punya temapat tersendiri dihati yang mulai bergeak kedepan.
Hidupku tak lagi sama, hanya saja aku masih berjuang untuk memperjuangkan kita meski kita terpisah jarak, meski kita beda dari mereka pada umumnya yang menganggap pertemuan adalah hal yang biasa, tak berharga. Aku masih disini jalani hariku, masih menjadi diriku yang dulu sejauh kamu mengenalku, hatiku masih berpihak padamu, dan jiwaku masih melekat ditubuhku, dan yang aku ragu.. apakah aku masih disitu (dihatimu) ? Tapi masih ada yang kurang dan berbeda ... tanpamu.
Aku benci harus jujur mengenai ini, bahwa sosokmu selalu menjadi sebab perasaan rindu tak pernah sesat saat menemui jalan pulang.
Aku sibuk menghitung hari, setiap tanggal 20 ditiap bulannya, lau kebulan-bulan berikutnya. Tetaplah begini sampai kita memang digariskan untuk bertemu.
Kakak, banyak rasa yang dominan yang telah kamu beri hingga adek bisa lancar menulis, terutama rasa yang kamu patahkan waktu itu :)
Untukmu, 20 Juli 2013
Selamat menyelesaikan Laporan Akhirmu
Jika kamu merindukan kita yang dulu, akupun juga begitu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar