Malam tak selalu sama disini. Setiap jalan, setiap gang, dan setiap pekarangan rumah tidak selalu sepi. Kota ku yang dulu juga menjadi kotamu, dan sering aku dan kamu menyebutnya sebagai kota kita kini tak lagi muncul dalam otak ku. Sejak kamu pergi meninggalkan kota ini, aku merasa ini memang kota ku dan kamu pantas melupakan kota kita ini.
Rasanya memang sulit, melupakan peristiwa yang sengaja diciptakan untuk tidak dilupakan. Dikota ini, kita banyak bercerita, hingga perasaanku tak bisa ku gambarkan lagi kala itu, aku mulai merasa kamu akan jadi seseorang yang istimewa, seseorang yang suatu saat mengubahku menjadi wanita berbeda. Tapi ternyata semua memang hanya kiasan. Kamu yang ku tunggu lebih senang menjamu hal yang semu. Aku menunggu hingga aku tak bisa lagi menunggu.
Keputusanmu untuk pergi meninggalkan kota kita karena meneruskan pendidikan. Apa pedulimu? Apa pedulimu dengan luka-luka yang sengaja kamu titipkan disini hingga harus aku yang memulihkannya SENDIRIAN? Kamu hanya sering mengirim berita bahwa kabarmu disana baik-baik saja, berpuluh-puluh pesan singkat yang hampir tiap hari kuterima darimu, apakah tulisan bagimu sudah cukup menjadi obat pengering lukaku?
Jangan kira aku sudah melupakan semuanya, ponsel disamping laptopku ini begitu banyak kenangan yang tak bisa ku jelaskan satu per satu, disini masih banyak tersimpan pesan-pesan manis yang kamu kirim ketika malam datang dan menjemputku untuk beranjak naik ketempat tidur.
Apa yang menyenangkan dalam jarak sejauh ini? Aku tak bisa menatapmu dan jemariku tak bisa menyentuh lekuk wajahmu. Apa yang bisa kita harapkan dari jarak ratusan kilo meter yang memisahkan kita? Ketika rasa rindu menggebu, dan ku tahu kamu tak ada disisiku. Sejauh ini kita masih bertahan, entah mempertahankan apa, karena yang kurasa sekarang, cintamu nyata namun berbayang.
Dalam jarak sejauh ini, masihkah kita saling mendoakan? Seperti saat dulu kita masih berdekatan. Aku hanya bisa menatap fotomu, diam-diam merapal namamu dalam doa, mendengarmu dari ujung telepon. Kulakukan semua seakan baik-baik saja, seakan aku tak terluka, seakan tak ada air mata, aku begitu meyakinkanmu, bahwa tak ada yang salah diantara kita. Dan apakah disana memang kamu baik-baik saja? Apakah rindu yang kita simpan dalam-dalam akan menemukan titik temu?
Sayang, aku lelah
Pulanglah..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar