Sebelumnya Dirgahayu TNI yang ke-68 "Kartika Eka Paksi, Jalesvava Jaya Mahe, Swa Bhuawana Paksa" Jaya selalu didarat, air dan udara!!! :)
5 Oktober 2012, tepat setahun aku mengenal pria itu. Pria dengan wajah garang, berkulit sawo matang, hidung yang lebih tinggi dariku, dan bermata sendu yang mampu meluluhkan hati ini sampai sekarang. Perkenalan kami sederhana, maya, dan tak sengaja. Aplikasi yang bernama facebook tak bersalah itu membuat 31 Agustus 2012 tidak semonoton yang aku kira.
Dia pendengar yang baik, dia juga pencerita yang baik karena ceritanya selalu menyenangkan dan menyegarkan. Semakin hari semakin dia mengajak pikiran saya untuk melihat kehidupan dari berbagai sisi pandangan, sejak itu aku masih dikatakan kecil, bocah yang belum genap 17tahun dan masih duduk dibangku SMA semester V, aku mencintai isi otak pria ini.
Dia sosok pria yang mungkin telah diciptakan Allah sebagai pemberi perhatian dengan kualitas terbaik untuk setiap wanita yang dikenalnya. Pria mandiri yang selalu mengerjakan segalanya sendiri ini mampu mendobrak pintu hati yang telah aku kunci berbelas tahun lamanya. Pria yang taat kepada penciptanya, satu waktu shalat yang tertinggal rasanya belum pernah aku dengar dari mulutnya, begitu juga dengan ibadah sunnah lainnya. Dia selalu tertutup dengan apa yang dikeluhkannya, justru aku yang kadang mengeluh karena sesuatu padahal aku tau aku mampu mengerjakannya, tapi ada beberapa hal yang aku benci darinya, dia lupa jam istirahat ketika berkutat dengan tugas-tugasnya dikampus, dia lupa waktunya makan, padahal dia sering mengingatkanku akan hal itu, kata-kata yang sampai sekarang masih jelas diingatanku "kalau udah jamnya makan ya makan! jangan nunggu lapar dek". Tapi dengan segala keanehan yang dia miliki, saya senang dengan perhatian-perhatian kecil yang dia berikan kepada saya, dulu.
Setahun yang lalu, tepat ditanggal 5 Oktober 2012 kami resmi mengungkapkan segala perasaan yang kami miliki, dengan sabarnya pria itu menunggu jawabanku sebulan lamanya namun rasa itu tak pernah luntur sedikitpun sampai saat ini meski kami berada dikota dan pulau yang berbeda. Banyak yang kenangan mulai tanggal itu, kita adu mulut gara-gara jaringan, kita tertawa hal-hal kecil meski hanya via udara, dan banyak lagi yang tak bisa aku jelaskan satu per satu, hingga dia datang menghadap kedua orang tuaku dimalam itu 27 Oktober 2012, dimana dia meminta alamatku untuk bertamu sekarang juga, ku pikir itu hanya gurauan, ternyata dia tak main-main dengan segala ucapannya. Mulai saat itu hati ini semakin yakin dengannya dan belum pernah aku sepercaya ini kepada seseorang apalagi terhadap lawan jenis.
Masih ingat dengan pertemuan kita diruang tamu itu ka? Masih ingat lagu-lagu yang pernah kamu nyanyikan buatku untuk sekedar penghilang suntuk ketika seharian kita tak bertegur sapa via udara? Masih ingat tempat bercerita yang belum sempat kita kunjungi karena kepergianmu untuk melanjutkan pendidikan disana, masih ingat? Masih ingat dengan rumah makan yang seharusnya hanya kita berdua disitu tapi ternyata ada temanmu? Masih ingat dengan tugu yang ingin kita kesana waktu kamu pesiar tapi disana ramai dengan pengunjung dan akhirnya kita lanjutkan dengan ketempat lain, masih ingat kamu ka? Masih ingat gantungan kunci yang aku titipkan buatmu dan baru kali itu aku memberikan barang kesayanganku buat orang lain, aku harap kamu mampu menjaganya dengan baik.
5 Oktober 2012 hanya menjadi tanggal menyesakkan yang mengingatkan saya pada sosok pria yang berhasil merampas perasaan dan rasa memliki dariku.
Tapi sekarang berbeda, semenjak pria itu pergi melanjutkan perdidikan di sebuah institut di Jatinangor, Jawa Barat hari-hariku kini semakin terbiasa dengan rasa sesak hingga kadang air mata ini tak sadar jatuh sendirinya jika mengingat kenangan-kenangan kecil yang kita lalui berama sebelum dia pergi meninggalkan kota kecilku ini. Aku masih merasakan udara yang sama. Masih berdiam ditempat yang sama. Tapi yang kurasakan tak lagi sama, kesunyian ini beranama TANPAMU.
Sebenarnya aku tak pernah ingin semuanya ini berakhir, saat semua terancang dengan hebat dan sempurna, saat perhatian-perhatian kecil itu menjelma menjadi bulir-bulir bahagia. Tapi bukankah prediksi manusia semua terbatas? Aku tak bisa terus menahan dan mengubah sesuatu yang memang harus terjadi. Perpisahan harus terjadi, dan pertemuan awal yang manis itu pasti akna memunculkan perasaan bahagia sampai detik ini selama jantungku masih berdegup.
Tidak dipungkiri dan aku tak bisa menyangkal hal ini, bahwa selama rentan waktu tanpamu, aku merasa ada sesuatu yang hilang. Ketika pagi kamu menyapa dengan lembutnya untuk bangun agar tak tertinggal waktu subuh seraya adzan berkumandang meski hanya melalui pesan singkat. Saat siang kamu sekedar mengingatkan untuk tidak terlambat makan. Saat sore kamu kembali menyapaku untuk membersihkan diri agar fokus melaksanakan ibadah shalat magrib. Dan saat malam, kamu berhasil menyulapku untuk tetap berfokus pada suaramu meski kadang kantuk tak dapat ku hindari, kamu bercerita tentang hari-harimu, lelah dan bahagiamu pada saat itu. Aku rindu, rindu semua hal yang kita lalui hingga terasa waktu begitu cepat berlalu saat kita melaluinya bersama.
Dan akhirnya perpisahan itu tiba, sesuatu yang selalu kita benci kedatangannya tapi harus kita lewati. Dengan segala ketidaksiapan yang menggerogotiku, aku harus tetap melepaskanmu. Kau temukan jalanmu, aku temukan jalanku, kita bahagia dalam jalan masing-masing, kita bahagia dalam pendidikan masing-masing. Kamu berpegang pada prinsipmu, aku berpegang pada perasaanku. Kita berbeda dan tak harus selalu jalan beriringan.
Semua berjalan begitu cepat. Sapa manjamu, tawa renyahmu, cerita lugumu dan segala yang membuat otakku penuh karenamu semua masih tersimpan didalam kepalaku ini.
Percayalah, bahwa perpisahan ini untuk membaikkan hidupmu dan hidupku, bahwa ada campur tangan Allah dibalik kejadian yang kita lalui bersama kemarin, bahwa akan harinya diamana kita dipertemukan kembali tentunya denga keadaan yang berbeda, namun hatiku tak bisa berbohong, rasaku tetap masih sama seperti pertama kita bertemu didunia maya itu., karena rasa tak pernah mati meski sudah ku bawa bermil-mil jauhnya dari ragaku sendiri. Aku banyak belajar darimu dan aku berharap kakak juga mengambil pelajaran dari pertemuan singkat ini. Semua butuh proses dan waktu saat kamu harus kehilangan sesuatu yang terbiasa kamu rasakan.
Kalau boleh jujur, meski tengah mengerjakan gambar dan ditengah-tengah kertas yang berserakkan dilantai, aku masih sering meluangkan waktu buatmu disana hanya saja beberapa hari belakangan ini saat aku membutuhkanmu untuk hanya sekedar cerita membuang lelahnya mengerjakan tugas kuliah kamu yang ntah ada dimana dan sedang apa dan bersama siapa disana. Aku hanya bisa melihatmu jika rindu ini mendesak dan tak bisa dikompromikan secara halus, dengan lugu dan kadang meneteskan air mata aku membuka album foto dihandphoneku ini untuk sekedar melihat wajahmu waktu masih disini, dikota ini. Aku tak tau harus mengungkapkannya seperti apa dan bagaimana, namun dalam shalatku ketika aku berbincang denganNya namamu tak pernah absen dari bait-bait do'aku agar kamu selalu dijaga olehNya dimanapun kamu berada, meski tak tersentuh kamu dari sini tapi aku dapat menyentuhmu dalam doa. Baik-baik ya ka disana :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar