Ntah apa ini, keyboard notebookku seperti ada magnet dengan kesepuluh jari tanganku, seperti memanggil memintaku untuk bergegas menulis beberapa paragraf yang mungkin kamu anggap hal bodoh. Hanya terdengar dentikan jam dinding yang kudengar, iya ini memang sudah 02:12AM. Tugas yang setiap hari berteman denganku selalu menemani hingga pagi menjelang, terkadang sampai pada titik jenuh yang tak tahu memusnahkannya dengan apa, ketika layar handphoneku bertuliskan namamu dengan nada panggilan yang memang buatmu sersentak penat itu seakan pergi entah kemana, aku sendiri terkadang bingung, kenapa seseorang yang jauh disana saja bisa menghilangkan kejenuhan karena tugas-tugas kuliahku sedangkan mereka yang ada disekitarku tak mampu akan hal itu.
Resah kadang datang ketika tak mendengar suaramu dari ujung telpon genggamku ini, namun resah ini ku pikir sewajarnya, tapi kamu buat keadaanku semakin tak baik-baik saja. Kamu seakan tak berpihak pada keinginan kalau kamu "mempertahankan hubungan kita", aku tak ingin menuntut semua waktumu disana karena aku tak berhak meminta. Aku sadar diri akan aku yang belum sepenuhnya milikmu, apalagi kamu terlihat seakan tak mempertahankan.
Ada harapan yang kamu janjikan, selalu seperti aku mengharapkan perkataanmu dulu "mau dimanapun kakak, kalau kita digariskan buat sama-sama kakak tetap sama adek. Rasa ini masih sama seperti pertama kakak kenal sama adek, sama sekali tak berkurang" aku ingin apa yang kamu katakan tadi benar adanya hingga saat ini meski kita terpaut jarak berkilo-kiometer jauhnya. Aku rindu semuanya, semua tentang kesibukanmu yang mudah berbagi denganku mulai dari apel pagi hingga apel malam waktu kamu disini, dikota ini. Setidaknya kamu menganggapku ada denganmu, melakukannya semua dengan baik dan menjaga hubungan kita dengan baik
Aku tak ingin berhenti sampai disini kak, sudah terlalu banyak perjuangan yang kita lakukan selama ini. Pertemuan yang kamu sendiri tak kenal lelah selama dalam perjalanan, begitupun aku, aku tak ingin menyerah hanya karena berjuang sendiri. Kamu ingat waktu kita mencoba bertemu disuatu perbelanjaan dan kita coba mencari satu sama lain, namun hasilnya nihil? Ingat jugakah dengan dinginnya malam kamu berhasil melawan demi datang kerumah kecil dibagian selatan kotaku demi menemui kedua orang tuaku dan itu pertemuan pertama kita, masih ingat kah?
Tersadar sudah berapa banyak pengorbanan yang kamu lakukan untukku, menemuiku, meluangkan waktu untukku meski sekedar menerima telpon hingga bermenit-menit lamanya. Semua itu demi agar kerinduanku terhadapmu tak berarti sia-sia bukan kak?
Tak banyak inginku, aku ingin kamu kembali dengan semua komit yang kita buat sebulan sebelum kamu meninggalkan kota kecilku ini, mengingat kembali semua yang kita lewati bersama meski bisa dihitung jari pertemuan kita, mengingat kembali apa yang sudah kita perjuangkan demi kita buat bertemu, meski mungkin kamu anggap itu hal yang sepele, namun berarti besar kenangannya buatku. Bukan justru menghilangkan semua komit kita hanya karena emosi sesaat waktu itu, sudah jelas itu salahku, namun semua berawal dari siapa hingga aku berani melakukan sesuatu yang tak pernah kulakukan sebelumnya. Sudahlah.. tak ada ujungnya jika kita mengungkit itu kembali. Terlalu banyak harap yang kamu timbulkan hingga kekecewaan sering datang menghampiriku tak akan menyurutkan kalau aku ingin benar-benar mempertahankanmu.
Sungguh disini bukan sedikit yang menganggapku lebih dari teman, namun semua tak ku gubris dengan terkuncinya komit kita yang dulu. Justru semakin jauh aku semakin percaya padamu, bahwa disana kamu bisa menjaga dirimu,terlebih menjaga hatimu buatku disini, begitupun aku. Hanya saja aku tak tau harus menjelaskannya bagaimana dan seperti apa agar kamu tau bahwa disini (hati) masih tertata rapih nama serta do'aku agar kamu disana selalu baik-baik saja meski kita tak bertemu. Aku sadar kalau kita masih terlalu dini membicarakn komitmen, tapi aku tak ingin hubungan kita disia-siakan dengan keegoisan karena alasan KAMU TAK BISA BERHUBUNGAN JARAK JAUH!!!!