Sabtu, 12 Oktober 2013

Komit Itu Sebenarnya Masih Terus Ku Genggam.

Ntah apa ini, keyboard notebookku seperti ada magnet dengan kesepuluh jari tanganku, seperti memanggil memintaku untuk bergegas menulis beberapa paragraf yang mungkin kamu anggap hal bodoh. Hanya terdengar dentikan jam dinding yang kudengar, iya ini memang sudah 02:12AM. Tugas yang setiap hari berteman denganku selalu menemani hingga pagi menjelang, terkadang sampai pada titik jenuh yang tak tahu memusnahkannya dengan apa, ketika layar handphoneku bertuliskan namamu dengan nada panggilan yang memang buatmu sersentak penat itu seakan pergi entah kemana, aku sendiri terkadang bingung, kenapa seseorang yang jauh disana saja bisa menghilangkan kejenuhan karena tugas-tugas kuliahku sedangkan mereka yang ada disekitarku tak mampu akan hal itu.
Resah kadang datang ketika tak mendengar suaramu dari ujung telpon genggamku ini, namun resah ini ku pikir sewajarnya, tapi kamu buat keadaanku semakin tak baik-baik saja. Kamu seakan tak berpihak pada keinginan kalau kamu "mempertahankan hubungan kita", aku tak ingin menuntut semua waktumu disana karena aku tak berhak meminta. Aku sadar diri akan aku yang belum sepenuhnya milikmu, apalagi kamu terlihat seakan tak mempertahankan.

Ada harapan yang kamu janjikan, selalu seperti aku mengharapkan perkataanmu dulu "mau dimanapun kakak, kalau kita digariskan buat sama-sama kakak tetap sama adek. Rasa ini masih sama seperti pertama kakak kenal sama adek, sama sekali tak berkurang" aku ingin apa yang kamu katakan tadi benar adanya hingga saat ini meski kita terpaut jarak berkilo-kiometer jauhnya. Aku rindu semuanya, semua tentang kesibukanmu yang mudah berbagi denganku mulai dari apel pagi hingga apel malam waktu kamu disini, dikota ini. Setidaknya kamu menganggapku ada denganmu, melakukannya semua dengan baik dan menjaga hubungan kita dengan baik

Aku tak ingin berhenti sampai disini kak, sudah terlalu banyak perjuangan yang kita lakukan selama ini. Pertemuan yang kamu sendiri tak kenal lelah selama dalam perjalanan, begitupun aku, aku tak ingin menyerah hanya karena berjuang sendiri. Kamu ingat waktu kita mencoba bertemu disuatu perbelanjaan dan kita coba mencari satu sama lain, namun hasilnya nihil? Ingat jugakah dengan dinginnya malam kamu berhasil melawan demi datang kerumah kecil dibagian selatan kotaku demi menemui kedua orang tuaku dan itu pertemuan pertama kita, masih ingat kah?
Tersadar sudah berapa banyak pengorbanan yang kamu lakukan untukku, menemuiku, meluangkan waktu untukku meski sekedar menerima telpon hingga bermenit-menit lamanya. Semua itu demi agar kerinduanku terhadapmu tak berarti sia-sia bukan kak?

Tak banyak inginku, aku ingin kamu kembali dengan semua komit yang kita buat sebulan sebelum kamu meninggalkan kota kecilku ini, mengingat kembali semua yang kita lewati bersama meski bisa dihitung jari pertemuan kita, mengingat kembali apa yang sudah kita perjuangkan demi kita buat bertemu, meski mungkin kamu anggap itu hal yang sepele, namun berarti besar kenangannya buatku. Bukan justru menghilangkan semua komit kita hanya karena emosi sesaat waktu itu, sudah jelas itu salahku, namun semua berawal dari siapa hingga aku berani melakukan sesuatu yang tak pernah kulakukan sebelumnya. Sudahlah.. tak ada ujungnya jika kita mengungkit itu kembali. Terlalu banyak harap yang kamu timbulkan hingga kekecewaan sering datang menghampiriku tak akan menyurutkan kalau aku ingin benar-benar mempertahankanmu.

Sungguh disini bukan sedikit yang menganggapku lebih dari teman, namun semua tak ku gubris dengan terkuncinya komit kita yang dulu. Justru semakin jauh aku semakin percaya padamu, bahwa disana kamu bisa menjaga dirimu,terlebih menjaga hatimu buatku disini, begitupun aku. Hanya saja aku tak tau harus menjelaskannya bagaimana dan seperti apa agar kamu tau bahwa disini (hati) masih tertata rapih nama serta do'aku agar kamu disana selalu baik-baik saja meski kita tak bertemu. Aku sadar kalau kita masih terlalu dini membicarakn komitmen, tapi aku tak ingin hubungan kita disia-siakan dengan keegoisan karena alasan KAMU TAK BISA BERHUBUNGAN JARAK JAUH!!!!

Sabtu, 05 Oktober 2013

5 Oktober, Masih adakah KITA dalam jarak sejauh ini?

Sebelumnya Dirgahayu TNI yang ke-68 "Kartika Eka Paksi, Jalesvava Jaya Mahe, Swa Bhuawana Paksa" Jaya selalu didarat, air dan udara!!! :)

5 Oktober 2012, tepat setahun aku mengenal pria itu. Pria dengan wajah garang, berkulit sawo matang, hidung yang lebih tinggi dariku, dan bermata sendu yang mampu meluluhkan hati ini sampai sekarang. Perkenalan kami sederhana, maya, dan tak sengaja. Aplikasi yang bernama facebook tak bersalah itu membuat 31 Agustus 2012 tidak semonoton yang aku kira.

Dia pendengar yang baik, dia juga pencerita yang baik karena ceritanya selalu menyenangkan dan menyegarkan. Semakin hari semakin dia mengajak pikiran saya untuk melihat kehidupan dari berbagai sisi pandangan, sejak itu aku masih dikatakan kecil, bocah yang belum genap 17tahun dan masih duduk dibangku SMA semester V, aku mencintai isi otak pria ini.

Dia sosok pria yang mungkin telah diciptakan Allah sebagai pemberi perhatian dengan kualitas terbaik untuk setiap wanita yang dikenalnya. Pria mandiri yang selalu mengerjakan segalanya sendiri ini mampu mendobrak pintu hati yang telah aku kunci berbelas tahun lamanya. Pria yang taat kepada penciptanya, satu waktu shalat yang tertinggal rasanya belum pernah aku dengar dari mulutnya, begitu juga dengan ibadah sunnah lainnya. Dia selalu tertutup dengan apa yang dikeluhkannya, justru aku yang kadang mengeluh karena sesuatu padahal aku tau aku mampu mengerjakannya, tapi ada beberapa hal yang aku benci darinya, dia lupa jam istirahat ketika berkutat dengan tugas-tugasnya dikampus, dia lupa waktunya makan, padahal dia sering mengingatkanku akan hal itu, kata-kata yang sampai sekarang masih jelas diingatanku "kalau udah jamnya makan ya makan! jangan nunggu lapar dek". Tapi dengan segala keanehan yang dia miliki, saya senang dengan perhatian-perhatian kecil yang dia berikan kepada saya, dulu.

Setahun yang lalu, tepat ditanggal 5 Oktober 2012 kami resmi mengungkapkan segala perasaan yang kami miliki, dengan sabarnya pria itu menunggu jawabanku sebulan lamanya namun rasa itu tak pernah luntur sedikitpun sampai saat ini meski kami berada dikota dan pulau yang berbeda. Banyak yang kenangan mulai tanggal itu, kita adu mulut gara-gara jaringan, kita tertawa hal-hal kecil meski hanya via udara, dan banyak lagi yang tak bisa aku jelaskan satu per satu, hingga dia datang menghadap kedua orang tuaku dimalam itu 27 Oktober 2012, dimana dia meminta alamatku untuk bertamu sekarang juga, ku pikir itu hanya gurauan, ternyata dia tak main-main dengan segala ucapannya. Mulai saat itu hati ini semakin yakin dengannya dan belum pernah aku sepercaya ini kepada seseorang apalagi terhadap lawan jenis.

Masih ingat dengan pertemuan kita diruang tamu itu ka? Masih ingat lagu-lagu yang pernah kamu nyanyikan buatku untuk sekedar penghilang suntuk ketika seharian kita tak bertegur sapa via udara? Masih ingat tempat bercerita yang belum sempat kita kunjungi karena kepergianmu untuk melanjutkan pendidikan disana, masih ingat? Masih ingat dengan rumah makan yang seharusnya hanya kita berdua disitu tapi ternyata ada temanmu? Masih ingat dengan tugu yang ingin kita kesana waktu kamu pesiar tapi disana ramai dengan pengunjung dan akhirnya kita lanjutkan dengan ketempat lain, masih ingat kamu ka? Masih ingat gantungan kunci yang aku titipkan buatmu dan baru kali itu aku memberikan barang kesayanganku buat orang lain, aku harap kamu mampu menjaganya dengan baik.

5 Oktober 2012 hanya menjadi tanggal menyesakkan yang mengingatkan saya pada sosok pria yang berhasil merampas perasaan dan rasa memliki dariku.

Tapi sekarang berbeda, semenjak pria itu pergi melanjutkan perdidikan di sebuah institut di Jatinangor, Jawa Barat hari-hariku kini semakin terbiasa dengan rasa sesak hingga kadang air mata ini tak sadar jatuh sendirinya jika mengingat kenangan-kenangan kecil yang kita lalui berama sebelum dia pergi meninggalkan kota kecilku ini. Aku masih merasakan udara yang sama. Masih berdiam ditempat yang sama. Tapi yang kurasakan tak lagi sama, kesunyian ini beranama TANPAMU. 

Sebenarnya aku tak pernah ingin semuanya ini berakhir, saat semua terancang dengan hebat dan sempurna, saat perhatian-perhatian kecil itu menjelma menjadi bulir-bulir bahagia. Tapi bukankah prediksi manusia semua terbatas? Aku tak bisa terus menahan dan mengubah sesuatu yang memang harus terjadi. Perpisahan harus terjadi, dan pertemuan awal yang manis itu pasti akna memunculkan perasaan bahagia sampai detik ini selama jantungku masih berdegup.

Tidak dipungkiri dan aku tak bisa menyangkal hal ini, bahwa selama rentan waktu tanpamu, aku merasa ada sesuatu yang hilang. Ketika pagi kamu menyapa dengan lembutnya untuk bangun agar tak tertinggal waktu subuh seraya adzan berkumandang meski hanya melalui pesan singkat. Saat siang kamu sekedar mengingatkan untuk tidak terlambat makan. Saat sore kamu kembali menyapaku untuk membersihkan diri agar fokus melaksanakan ibadah shalat magrib. Dan saat malam, kamu berhasil menyulapku untuk tetap berfokus pada suaramu meski kadang kantuk tak dapat ku hindari, kamu bercerita tentang hari-harimu, lelah dan bahagiamu pada saat itu. Aku rindu, rindu semua hal yang kita lalui hingga terasa waktu begitu cepat berlalu saat kita melaluinya bersama.

Dan akhirnya perpisahan itu tiba, sesuatu yang selalu kita benci kedatangannya tapi harus kita lewati. Dengan segala ketidaksiapan yang menggerogotiku, aku harus tetap melepaskanmu. Kau temukan jalanmu, aku temukan jalanku, kita bahagia dalam jalan masing-masing, kita bahagia dalam pendidikan masing-masing. Kamu berpegang pada prinsipmu, aku berpegang pada perasaanku. Kita berbeda dan tak harus selalu jalan beriringan.

Semua berjalan begitu cepat. Sapa manjamu, tawa renyahmu, cerita lugumu dan segala yang membuat otakku penuh karenamu semua masih tersimpan didalam kepalaku ini.

Percayalah, bahwa perpisahan ini untuk membaikkan hidupmu dan hidupku, bahwa ada campur tangan Allah dibalik kejadian yang kita lalui bersama kemarin, bahwa akan harinya diamana kita dipertemukan kembali tentunya denga keadaan yang berbeda, namun hatiku tak bisa berbohong, rasaku tetap masih sama seperti pertama kita bertemu didunia maya itu., karena rasa tak pernah mati meski sudah ku bawa bermil-mil jauhnya dari ragaku sendiri. Aku banyak belajar darimu dan aku berharap kakak juga mengambil pelajaran dari pertemuan singkat ini. Semua butuh proses dan waktu saat kamu harus kehilangan sesuatu yang terbiasa kamu rasakan.

Kalau boleh jujur, meski tengah mengerjakan gambar dan ditengah-tengah kertas yang berserakkan dilantai, aku masih sering meluangkan waktu buatmu disana hanya saja beberapa hari belakangan ini saat aku membutuhkanmu untuk hanya sekedar cerita membuang lelahnya mengerjakan tugas kuliah kamu yang ntah ada dimana dan sedang apa dan bersama siapa disana. Aku hanya bisa melihatmu jika rindu ini mendesak dan tak bisa dikompromikan secara halus, dengan lugu dan kadang meneteskan air mata aku membuka album foto dihandphoneku ini untuk sekedar melihat wajahmu waktu masih disini, dikota ini. Aku tak tau harus mengungkapkannya seperti apa dan bagaimana, namun dalam shalatku ketika aku berbincang denganNya namamu tak pernah absen dari bait-bait do'aku agar kamu selalu dijaga olehNya dimanapun kamu berada, meski tak tersentuh kamu dari sini tapi aku dapat menyentuhmu dalam doa. Baik-baik ya ka disana :)

Kamis, 03 Oktober 2013

Ketika yang pergi baru terasa kehadiranmu, sahabatku.

Aku bingung mau memulai ini darimana..

Jam berganti hari, semua yang kujalani terasa berbeda, setiap langkahku untuk mendapat ilmu dari apa yang aku cita-citakan, tapi sungguh baru kali ini aku merasa kehilangan..
Dalam hitungan bulan awalnya begitu asing, aku bukannya tidak suka perubahan tapi aku benci jika memulai semua ini dari nol, kami yang biasanya selalu kemana-mana berlima kini harus terpisah satu sama lain dengan tujuan yang sama, kami berlima punya mimpi yang berbeda.

Kalian tahu? Dalam hitungan bulan sejak kita terpisah meski masih dalam kota yang sama, kalian berempat belum ada yang bisa menggantikan posisi kalian disini (read:hati), masih ingat langkah kakimu yang kencang dari lobby menuju lantai 2 ketika jam pelajaran matematika sudah dimulai Mi? masih ingat pembagian kelas XII ketika namamu berada dikelas yang berbeda dengan kita berempat Va? masih ingat dengan ledekan hidung pesek yang selalu tertuju buatmu Ndy? masih ingat dengan suaramu yang tiap jam selalu menggetarkan kelas sampai-sampai kita semua merasa risih dengan suaramu Yas? hehe semua itu justru jadi kenangan manis.

Sekarang tak lagi sama, Tyas.. ruang kita memang berbeda tapi kita masih dalam satu langit yang sama. suaramu yang ...... ntahlah aku binggung mau mengungkapkannya seperti apa membuat pikiranku ingin kembali kekelas itu, dimana jika tak ada guru kita berempat bernyayi meski tak jelas lagunya apa. Mimi.. meski dalam kampus yang sama denganku tapi waktu bertemu jarang sekali kita temui, selalu mencari celah agar bisa bertemu namun kenyataannya selalu berbanding terbalik, teman sebangku meski langganan terlambat namun kalau dia tak ada aku mendadak bengong dari awal jam pelajaran sampai jam pelajaran berakhir, sungguh aku rindu curhatan kita dibangku yang kadang sampai meneteskan air mata tanpa melihat waktu. Eva.. anak yang selalu sabar menghadapi apapun, meski badannya yang paling langsing diantara kami hehe (fakta) dan tetap kuat terlebih hatinya, mungkin beton yang keras tak mampu memecahkan hatinya yang begitu strong, terlebih jika membahas perasaan, jika kita curhat kedia.. sudah seperti guru BK dia mendengarkan, meski kadang solusinya sedikit ekstrim hehe. Windy... ah ini dia yang selalu memenuhi berandaku ketika handphoneku ini sedang membuka dunia maya setelah aku membuat tugas kuliah, ntah berpuluh-puluh status galau yang sering dia posting dengan waktu yang tak pasti (biasanya tengah malam sih), masih ingat pita suaramu yang mendadak berubah layaknya anak kecil yang masih belajar bicara?

Dan moment terakhir yang masih aku simpan dan selalu aku bawa kemana-mana sampai detik ini, didalam binder kuliahku selalu kuselipkan foto kita yang terakhir sebelum Tyas pergi mengemban ilmu dikota orang dan beberapa video kita dikelas yang kadang ketika rasa sepi datang video itulah yang jadi teman akrabku walaupun belum bisa sepenuhnya menghilangkan rasa rindu tingkah laku kalian berempat.
Semua masih tergambar jelas dimemori ini, dari awal kita tak saling mengenal, masih gengsi satu sama lain sampai keluar semua tabiat kita masing-masing.