Sabtu, 02 Agustus 2014

Praja Dari Timur.

Ntah kenapa malam ini, aku sudah berjanji pada jari-jariku ini agar tidak mengetik satu demi satu kata di dalam blogku ini. Aku berjanji agak tidak membahas apapun terlebih kamu, PRAJA DARI TIMUR.
Ntah apa yang ada dipikiranmu, tak hanya sekali kamu buat patah, tak hanya sekali kamu buat nanah, tak hanya sekali kamu buat remuk, sampai kamu buat mati anugrah yang diberi Allah ini (hati).

Sudah hampir dua tahun kita sama-sama, meski setahun belakangan ita terpisah kota, kita terpisah waktu.
Apakah jarak akan selalu membuat suatu hubungan terputus?
Apakah komunikasi selalu menjadi yang utama dalam suatu hubungan?
Apakah kepercayaan juga menjadi alasan suatu hubungan?
Apakah rasa rindu juga dapat muncul dalam suatu hubungan ketika tak terlihat mata?
Apakah rasa cemburu membakar suatu hubungan yang dipertahankan lama?
Apakah pihak lain muncul dalam suatu hubungan itu salah?
Dan apakah kata berpisah akan mengakhiri semuanya?!

Kamu harus tau Kakak.. aku disini berjuang demi kamu, demi kita!!
Kalau memang kamu juga bertindak dengan hal yang sama,
aku yakin kita bisa lewat lorong yang gelap ini,
kita hadapi jarak yang memisahkan kita dari WIB hingga WIT.

Aku sempat punya mimpi bersamamu hingga berbagi cerita hidup bersama hingga usia senja,
hingga kita bermusuh dengan JARAK, hingga kita membunuh PERBEDAAN JAM.

Sampai hati kamu membiarkan membiarkan luka yang kamu buat sendiri, yang kamu inginkan sendiri, hingga mau memberitahumu pun aku tahu bagaimana caranya, sampai luka ini harus aku yang berjuang sendiri agar sembuh ntah butuh berapa lama. Bukan hak ku menyalahkan waktu, bukan hak ku menyalahkan keadaan, tapi wajar jika hati yang sudah kutaruh padamu jika bukan kamu yang merusaknya hati ini tidak akan seperih ini, tak akan tersususn kata demi kata seperti ini.

Bukan hanya sekali kamu buat luka yang sudah hampir kering kamu buat bernanah lagi dengan segala tingkahmu, dengan segala egomu.
Maaf, tapi ini yang aku rasa, jika memang kamu anggap ini berlebihan itu terserah padamu anggap saja "perasaan adek aja tuh" kata yang selalu kamu bilang untuk menutupi semua.

Ntah apa yang terjadi ditempatmu sana sampai membuatmu manouver seperti ini, apakah ada orang lain disana hingga kamu seperti ini?? ahh ntah lah.. aku percaya padamu sampai saat ini meski kadang rasa jenuh, capek, muak dengan sikapmu yang dalam beberapa hari ini kau buat menjadi pemicu munculnya pikiran-pikiran yang tak wajar buatmu disana.

Mungkin banyak orang harus merasakan terluka terlebih dahulu untuk bisa menulis..
Mungkin begitu pula denganku..
Mungkin kamu alasanku untuk bisa lancar menulis..
Terima Kasih
PRAJA DARI TIMUR

Jumat, 23 Mei 2014

Selebihnya saya yakin kamu pasti pulang!!

Aku sering menemuimu di sepertiga malam, meminta pada-Nya agar kamu baik-baik saja disana. Semua hal yang kamu minta, semampuku ku perjuangkan. Segala hal yang ku lakukan tak lain untuk membuatmu menjadi tenang. Karena jauh didalam hati, aku tak ingin rasa yang tumbuh ini tiba-tiba mati. Karena kesepian akan datang memeluki. Dan aku tak mau semua itu terjadi, kepadamu, kepadaku, kepada kita.


Apa yang kurasa selalu ku jaga. Agar rasa ini selalu bisa menghangatkan dada. Agar rasa ini tak pernah membiarkan air mata mendekat. Dan semua hal yang membuatmu tertawa selalu kuiringi dalam doa. Selalu ku jalankan dalam langkah-langkah lelah, meski tertatih, meski letih. Untuk keutuhan kita aku tak pernah menginginkan duka.


Aku tak lagi ingin mempersalahkan apa saja yang sudah kamu buat patah, tidak juga apa saja yang sudah terlanjur sakit. Hanya saja yang perlu kamu tahu, yang kamu mainkan bukan hal yang sepatutnya dipermainkan dan apa yang kamu tinggalkan bukan hal yang semudah itu kamu tinggalkan.

Aku hanya tak mau mengira-ngira, jika pada akhirnya yang ku tahu kamu hanya sekedar iba, bukan rasa yang seharusnya tumbuh secara alami. Bagimu mungkin mudah, seharusnya bagiku juga. Karena menurut benarmu kita tidak pernah ada apa-apa. Tapi bagaimana dengan segala hal yang sudah terbiasa menjalari setiap detik bersama? Apa mau mu sebenarnya? Semua yang sudah kamu buat patah ini apa bisa kamu perbaikinya sama seperti semula? Masih juga aku yang harus menopangnya, mengobatinya samapi sembuh meski berbekas!

Jangan jadikan nyamanku untuk amanmu menyakitiku seperti waktu itu saat kamu masih disini, jangan jadikan tenangku untuk senangmu menyakitiku. Kamu terlalu sederhana untuk melukaiku dengan cara yang sempurna, karena semua pedih yang tercipta adalah pedih yang tak pernah kukira.

Jika yang kupirkan ini salah, beritahu aku.
Jika kita masih bisa sama-sama jangan biarkan aku berjuang sendiri.
Jarak ini jauh, aku bukannya hendak mengeluh, tapi terlalu sebentar kamu disini.
Cepat pulang pipi tomat.

Senin, 17 Februari 2014

30 Minggu dan itu..... Tanpamu!!!!

Aku terbangun seperti biasanya, hanya saja ini bukan hari kuliah, namun bangun ditengah malam seperti ini sudah sering terjadi pada diriku sendiri sejak dibangku kuliah. Mataku berkunang-kunang, aku menarik selimut dan membiarkan wajahku tenggelam disana.

Sudah hampir tanggal 20, seberapa pentingkah tanggal dua puluh? .... hmmm ya memang tidak penting bagi yang tidak mengalami hal ini. sungguh aku ingin tersadar dari bayang-bayang yang selalu ku kejar. Sekali lagi aku masih sendiri disini, bermain dengan masa dimana kamu masih disini, dikota ini.

Ada apa memangnya dengan tanggal 20? Iya dua puluh July duaributigabelas, hampir 31 minggu sudah kamu tinggalkan kota kecil ini, kejadian itu memberiku pelajaran, sampai aku tahu rasanya perpisahan, aku tahu rasanya melepaskan diri dari segala hal yang sebenarnya tak ingin kutinggalkan, aku tahu rasanya ditinggalkan, aku tahu rasanya menahan rindu yang belakangan ini sering memuncak namun tak tahu harus bagaimana aku jelaskan padamu dikota Tidore sana, sampai akhirnya aku tahu bagaimana masa lalu setidaknya sebagai sebab, kamu yang dulu kumiliki sekarang tak bisa lagi kugenggam dalam jemari.

Kita berpisah, iya berpisah demi pendidikan, dan asal kita pun berbeda, kamu nun jauh di bagian Indonesia Timur dan aku bagian Indonesia Barat, sungguh diluar dugaan, namun hati selalu mencari zona nyamannya, mau sejauh apa kamu pergi, tetap hati ini tak pernah lelah untuk terus merapel namamu dihadapan-Nya disetiap sujudku. Maka jangan salahkan, setiap kali aku melangkahkan kaki dibandara semua ingatanku tergambar pada tanggal 20 July siang itu, seragam dinas, ransel dan tas lainnya, hingga ucapan terakhir darimu, semua tergambar jelas, tanpa cela, tanpa cacat, sempurna.

Ternyata hari begitu cepat, setengah tahun sudah kamu meninggalkan kota kecilku ini, dan sudah tak terhitung lagi berapa frasa kata yang terucap untukmu didalam doa. Salahku, yang terlalu menganggapmu serius akan semua sikapmu. Salahku, yang terlalu perasa. Salahku, yang selalu menganggap lebih padahal mungkin hatimu tak merasakan apapun. Salahku, yang mempersilahkanmu masuk tanpa permisi disini (hati) namu kamu kembalikan dalam keadaan patah waktu itu. Tapi sudahlah, mungkin memang ini keinginanmu, memang ini tujuanmu datang padaku lalu kamu tinggal pergi tanpa tahu lukanya sedalam apa, tanpa perduli sakitnya seperti apa. Sudahlah, akan kuperbaiki ini sendiri, sebisaku, semampuku, ntah akan memakan waktu berapa lama.

Setelah perpisahan itu, hari-hari yang kulalui masih sama, aku masih mengerjakan rutinitasku, tapi kali ini semua berbeda, tak ada lagi kamu yang dulu, tak ada lagi kita yang dulu. Memang sudah sewajarnya semua hal aku kerjakan sendiri, namun kadang hati ini menjerit ketika yang kulintasi adalah jalan yang pernah kita lewati berdua. Yah.. namanya kenangan pasti punyanya masa lalu, tapi tetap punya temapat tersendiri dihati yang mulai bergeak kedepan.

Hidupku tak lagi sama, hanya saja aku masih berjuang untuk memperjuangkan kita meski kita terpisah jarak, meski kita beda dari mereka pada umumnya yang menganggap pertemuan adalah hal yang biasa, tak berharga. Aku masih disini jalani hariku, masih menjadi diriku yang dulu sejauh kamu mengenalku, hatiku masih berpihak padamu, dan jiwaku masih melekat ditubuhku, dan yang aku ragu.. apakah aku masih disitu (dihatimu) ? Tapi masih ada yang kurang dan berbeda ... tanpamu.

Aku benci harus jujur mengenai ini, bahwa sosokmu selalu menjadi sebab perasaan rindu tak pernah sesat saat menemui jalan pulang.

Aku sibuk menghitung hari, setiap tanggal 20 ditiap bulannya, lau kebulan-bulan berikutnya. Tetaplah begini sampai kita memang digariskan untuk bertemu.

Kakak, banyak rasa yang dominan yang telah kamu beri hingga adek bisa lancar menulis, terutama rasa yang kamu patahkan waktu itu :)

Untukmu, 20 Juli 2013
Selamat menyelesaikan Laporan Akhirmu
Jika kamu merindukan kita yang dulu, akupun juga begitu.