"Iya bawel bentar lagi" ucapnya yang sudah tidak terdengar lagi sampai detik ini.
Hey kak, bagaimana kabarmu disana?
Bagaimana rupamu sekarang? Masih samakah seperti pertama kali kamu menginjakkan kaki dirumah adek?
Masih samakah nada suaramu yang tidak pernah kasar selama kita kenal?
Masih samakah tingkahmu yang konyol seperti biasa kita bertemu via telepon?
Masih samakah hatimu sejak ada perempuan lain yang mengisi karena dipersilahkan masuk olehmu?
Tentu tidak sama ya? Adek paham kok :)
Tentu kamu tau adek disini bertahan sendiri kurang lebih tiga tahun karena punya cita-cita bersamamu.
Tentu kamu paham dengan segala rintangan yang harus kita lewati terlebih jarak yang terpaut jauh dari Kalimantan ke Maluku.
Tentu kamu tau bahwa ini tak akan mudah.
Sudah kamu beri rasa nyaman selama kita kenal.
Sudah buat adek percaya penuh padamu meski jarak pandang kita terbatas.
Sudah buat adek kuat karena harus mematikan ego ketika rasa rindu tak bisa adek tahan.
Adek jahat ya kak?
Sudah menjaga hati selama kamu tinggalkan kota kecil bumi khatulistiwa ini hingga kamu lulus sampai kamu sudah mapan dengan status abdi negara dikota asalmu.
Sudah membentengi diri agar selalu menjaga perasaan adek disni agar tak tergoyah dengan orang-orang yang mencoba mendekat disini meski kamu tak pernah tau.
Sudah mensupport diri sendiri karena orang-orang sekitar adek banyak yang mencibir mustahil bahwa jarak jauh akan berhasil.
Sudah percaya bahwa kamu juga akan melakukan hal yang sama seperti adek menjagamu dari kejauhan.
Adek masih jahat ya kak?
Menunggumu pulang itu mimpi terbesar adek, seperti katamu "kakak ga bakal tinggal disana dek cuma kalau memang jadi kakak kesana minta izin kedua orang tuamu".
Ucapan itu hanya obat penenang buat adek kah? Racun kah? Atau sebagai senjata bersilat lidahmu kak?
Sampai bisa buat adek percaya, adek pegang omonganmu.
Tapi apa?
Hancurnya hati adek tak akan bisa kamu pahami, karena kamu tak merasa sakitnya berjuang sendiri sementara kamu disana dengan perempuan lain, kamu tak merasa apapun sudah adek kalahkan termasuk ego sendiri demi kita bisa sama-sama, kamu tak merasa dihempas setelah ± 3 tahun kita kenal, dan kamu tak merasa pipiku selalu basah ketika merapel namamu dalam shalat malamku, meminta-Nya agar suatu hari usaha kerja keras kita ini bisa membuahkan hasil yang manis, tidak ada lagi jarak, tidak ada lagi rasa rindu yang memuncak, tidak ada lagi batas yang menghalangi, tidak ada lagi derai airmata yang jatuh ketika ego harus dimatikan.
Kak, ntah apa yang ada dipikiranmu sekarang.
Adek sudah berjanji untuk tidak menulis lagi tapi kamu yang membuat ini semua.
Kamu mengataiku dengan "pikiranmu kalau mau maju ya harus ambil langkah ini dek, jarak kita terlalu jauh"
Tanpa sedikit melihat kebelakang dengan apa yang sudah kamu berikan, dengan apa yang sudah adek kalahkan, dengan segala yang sudah adek perjuangkan, demi kamu demi adek demi kita.
Semudah itu dapat pengganti disana?
Semudah itu bisa melupakan semua?
Semudah itu mengatai adek?
Semudah itu terpaut hatimu dengan perempuan lain?
Doa adek ga putus buatmu kak, bahagialah kamu disana,
kelak kamu akan tau rasanya ditinggal hidup-hidup oleh seorang yang kamu perjuangkan mati-matian,
kelak kamu akan tau rasa yang kamu beri sudah adek pupuk sampai subur namun kamu beri racun agar mati karena khianatmu disana, dan
kelak kamu akan tau siapa yang paling mencintai dan setia meski dihadapkan dengan hal yang paling sulit dalam hidupmu.
Pontianak, 7 June 2015
Buatmu yang jauh disana,
M. RIZKI AHMAD ❤